Nah, saya punya cerita tentang RS ini. Well, bukan cuma tentang RS PMI sih, tapi juga tentang RS Salak dan RS Holistik di Purwakarta.
RS PMI Bogor |
Di awal saya sakit demam dan tensi tinggi hingga 190/110 pada tahun 2008, semua anggota keluarga menginginkan agar saya segera dirawat di RS PMI. Tapi, yang paling menolak adalah ibu saya sendiri.
Kenapa?
Karena beliau masih trauma. Ibu saya masih teringat tahun 1999 yang lalu kakak saya, Farida Septi juga pernah dirawat seminggu lebih di rumah sakit ini. Pada akhirnya, kakak saya wafat di usia 17 tahun. Usia yang sangat belia. Oleh sebab itulah, ibu saya tidak pernah mau lagi menginjakkan kaki di rumahsakit itu.
RS Salak |
Maka, jadilah saya dirujuk ke Rumah Sakit Salak.
Selama seminggu saya dirawat di rumah sakit salak. Setiap hari sampel darah saya diambil, entah untuk apa. Kadang sehari bisa dua kali. Tapi, hingga di hari terakhir saya dirawat, masih juga belum ada informasi apa sebetulnya penyakit yang saya derita. Heran.
RS Holistik Purwakarta |
Akhirnya, karena tidak ada perubahan atau hasil diagnosa yang pasti, ibu saya meminta kepindahan ke rumah sakit holistik di purwakarta.
Ibu saya memutuskan seperti itu karena mendapat info dari salah satu rekannya tentang kecanggihan metode pengobatan di rumahsakit itu yang menggabungkan medis dengan tata cara pengobatan herbal-alami.
Benar saja. Begitu tiba di rumahsakit itu, saya serasa tidak memasuki rumahsakit, tapi lebih mirip masuk ke sebuah hotel dengan front office yang dilengkapi cahaya temaram dan aroma therapi.
Fasilitas RS Holistik |
Rumah sakit yang sangat berbeda dengan fasilitas aula olahraga (mirip yoga, mungkin?) hingga kolam renang! Aneh tapi nyata, buat saya.
Metode pengobatannya pun menggabungkan antara obat-obatan medis dengan tindakan tradisional seperti pijat, akupuntur badan, akupuntur telapak tangan, hingga muhasabah/introspeksi diri>
Unik. Metode pengobatan yang tidak hanya menyembuhkan raga, tapi jiwa. Karena, seperti yang saya alami sendiri, vonis gagal ginjal yang saya terima memang telah meluluhlantakkan harapan dan cita-cita saya sebagai pemuda.
Oh iya, di RS inilah saya dan keluarga mendapat kepastian tentang penyakit saya: Gagal Ginjal. Dan itu artinya, saya harus menjalani cuci darah. Di RS ini pula saya menjalani cuci darah pertama dan kedua saya.
Hanya 2 minggu saya berada di RS holistik, karena biayanya sangat mahal.
Keluarga saya keberatan dengan biayanya yang sangat mahal. Bapak saya meyakinkan ibu, untuk memindahkan saya ke RS PMI Bogor saja karena bisa melayani pasien cuci darah dengan Askes/Jamkesda/Jamkesmas.
Akhirnya, dengan berat hati, ibu mengiyakan. Kembalilah saya ke Bogor, ke RS PMI Bogor. Dan, apa yang dipikirkan ibu tentang kualitas RS PMI Bogor buyar setelah beliau melihat begitu banyak kemajuan dan perbaikan yang terjadi di RS ini.
"Lebih baik dibanding dulu ketika ngerawat Teh Ida," kata ibu saya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar