Laman

Minggu, 16 Desember 2018

Hikmah

Sebetulnya saya punya banyak keinginan untuk menulis berbagai kegiatan 2 hari terakhir.

Dari mulai HD rutin, lahiran putra pertama istri adik saya, mati meteran listrik, hingga reumi SMA di Leuwiliang.

Tapi faktanya bahwa untuk menulis diperlukan cukup banyak energi.

Memikirkan kronologis kejadian, hipotesa, analisa, kesimpulan, hingga hikmah yang bisa diambil dari berbagai kejadian itu.

Jadi saya akan menuliskannya dalam beberapa tulisan.

Pelajaran yang bisa didapat dari suatu kejadian merupakan awal dari kebijaksanaan yang akan sangat berguna di kemudian hari.

You know guys, hikmah inilah yang sangat penting. Berguna untuk kehidupan manusia di masa depannya, bahkan hingga pada keturunannya.

Terkesan berlebihan dari sebuah pelajaran hikmah?

Tidak juga.

Buktikan saja sendiri. Beragam dampak negatif dari kesalahan yang kita lakukan harusnya menjadikan kita berpikir 2x untuk melakukan kesalahan-kesalahan tadi.

Itulah hikmah.

Agar kita tak terjatuh di lubang yang sama.

Terima dampak dari kejadian dengan ikhlas ridho, sebagai taqdir dari Allah. Kemudian ambil hikmah, lalu lakukan perbaikan.

Sekarang.
Hal sekecil apapun itu.

Minggu, 09 Desember 2018

Balik ke 130

Sudah 2-3x HD terakhir tensi saya sudah balik ke kisaran 130an/90. Terhitung normal buat saya.

Alhamdulillaah. Sekali lagi harus saya tanyakan pada diri saya, 3 bulan kemarin tensi rendah tuh kenapa? Apa penyebabnya?

Masih belum terjawab sampe sekarang. Namun, kasus tensi jatuh sebelumnya mengakibatkan cimino hilang. Masih trauma saya.

Alhamdulillaah kali ini cimino bagus. Tak ada masalah ketika digunakan.

Mudah-mudahan tensi selalu stabil dan cimino tetap bagus, lancar digunakan. Aamiin..

Minggu, 02 Desember 2018

Imam

Alhamdulillaah. Terima kasih.

Itu yang sempat terpikir dan terucap pada anak-anak yang pernah kuajar di tahun 2013 silam.

Kemarin Satria menghubungi saya via Messenger FB. Namun, sulit dilanjut karena entah sinyal atau karena apa. Saya belum tau apa maksud pesannya.

Barulah beberapa jam kemudian, Imam mengirim pesan whatsapp. Dia bilang bahwa dia dan beberapa teman sekelasnya ingin silaturahim ke rumah.

Saya mempersilakan. Pintu rumah terbuka untuk mereka. Saya senang, karena setelah 5 tahun tak bersua, mereka masih mengingat saya sebagai guru.

Mereka datang sekitar 11.30an siang. Ada Imam, Taufik, Yaki, Satria, Dena, Dita dan Sarah.

Masing-masing membawa jalan cerita yang berbeda. Selepas SMA,
ada yang langsung bekerja, sempat menganggur dulu, kuliah, magang pasca kuliah, bahkan ada yang baru saja resign.

Luar biasa.

Mendapat kunjungan mereka, membuat saya kembali pada momen-momen ketika mengajar di sekolah. Mengajar anak-anak SMA itu menyenangkan, menantang. Saya suka.

Saya suka mengajar.

Yang tak saya suka adalah bagian administrasi keguruan dan tektek bengek yang njelimet. Rumit dan gak menyenamgkan sama sekali. Saya faham catatan progress pendidikan tetap harus rapi tercatat. Tapi untuk model administrasi sekolah waktu itu, 2013, gak banget deh.

Mungkin, saya emang gak bakat jadi guru, hehe.. Kurang sabar menghadapi segala macam urusan administrasi sekolah.

Imam dkk pulang sekitar jam 2.

Saya doakan agar mereka sehat selalu, sukses dalam usaha dan karirnya. Aamiin.