Laman

Selasa, 23 September 2014

Fluktuasi

Tak pelak akhirnya kebuntuan datang juga menghampiri. Sudah beberapa hari belakangan saya gak bisa nulis. Bukan karena gak ada bahan, tapi lebih kepada mood yang hilang. Entah kemana ntu mood hilangnya...

Kalau sedang kondisi begini saya jadi malu sendiri. Walhasil ujung-ujungnya jadi underestimate diri sendiri. Kehilangan kepercayaan diri sekaligus kemauan untuk bervisi.

Semuanya serasa berhenti di satu titik yang entah saya juga tak tahu ada dimana dan hendak kemana. Yang terlihat hanyalah kelebatan orang-orang yang lewat di depan mata. Mereka terus bergerak. Berpacu dengan waktu. mengejar sesuatu. Apapun itu.

Sementara di sudut sini, saya hanya menatap mereka, setengah kosong. Sedikit berhalusinasi, mungkin.

Jumat, 12 September 2014

Semangat dan Daya Juang

Setiap saya menyaksikan iklan sebuah produk biskuit anak (saya katakan biskuit anak karena saya yakin segmen utama konsumen dari biskuit ini adalah anak-anak), saya selalu terkesan dengan kata-kata yang diucapkan oleh sang narator.

Saya selalu terkesan. Mungkin, karena memang teknik periklanannya yang bagus, atau memang narasi yang dibuat memang berisi.

Bagi saya, narasi yang cukup singkat itu memuat isi yang sangat padat. Berisi tentang pendidikan. Berisi tentang penanaman dini salah satu modal utama untuk menjadi seorang juara. Berisi tentang pemahaman bahwa semangat dan daya juang harus dipupuk sedini mungkin. Ya, semangat juang dan menjadi sosok yang tahan banting.

Semangat juang dan tahan banting itulah yang nantinya menjadi salah satu modal dasar dalam perjalanan hidup seseorang ke depan. Dengan ditambah modal-modal dasar lain, seperti akhlak mulia dan kecerdasan yang optimal, seseorang akan memiliki etos kerja yang tinggi plus kemampuan untuk terus meningkatkan kualitas kehidupannya menjadi lebih baik lagi.

Dengan modal-modal dasar tadi, seseorang akan mampu meraih apapun yang menjadi cita-citanya. Seseorang akan bisa mencapai segala impiannya.

Dan kalau sudah begitu, apa lagi namanya kalau bukan sukses?

Anakku tidak akan menang ketika aku mengalah
Anakku akan menang ketika dia mengalahkanku
Saat itulah ia punya semangat juara

Ketika dia mengalahkanku
Saat itulah aku menang…

Senin, 08 September 2014

PERBANDINGAN ISENG-ISENG: STYLE SETAN

Sobat, menulis artikel sebelumnya tentang perbandingan super hero membuat saya teringat kembali tentang sebuah SMS yang dikirim oleh seorang teman.

Isi SMSnya cukup panjang. Isinya tentang perbandingan antara 'setan-setan' Indonesia dengan "setan-setan" luar negeri.

Dulu, ketika saya baca sih cukup lucu. Tapi kalo saya tulis ulang di sini, jadi jayus gak ya?

Kurang lebih begini:

Kondisi suatu bangsa bisa dilihat dari gaya berpakaian para makhluk halus yang menghuninya.

Bangsa Eropa memiliki legenda setan berupa Drakula dengan gaya berpakaian necis ala bangsawan di zamannya. Dengan pakaian yang rapi dan klimis. Mereka pakai jubah plus menggunakan sejenis tuxedo yang sahngat berkelas.



Di daratan Cina, setannya lebih mantap lagi dengan pakaian kebesaran para bangsawan yang mencirikan kemewahan dan kegemerlapan dunia.

Nah, kalo setan Indonesia, cukup dengan sehelai kain putih yang kumal plus satu kunciran (untuk kategori pocong) atau mau dibiarkan terurai panjang tak terawat (untuk kategori kuntilanak)...

PERBANDINGAN ISENG-ISENG: SUPER HERO

Saya tertawa, tidak sendiri. Berdua bareng istri. Mentertawakan lelucon saya sendiri yang, mungkin, tidak terlalu lucu.

Jadi begini ceritanya:

Beberapa malam yang lalu, setelah semua aktivitas terselelsaikan, giliran kami rehat sejenak melepas lelah. Langganan istri saya, menonton film Mahabarata, sementara saya hanya duduk saja menonton tv (bukkan menonton film) tanpa pernah ingin mengikuti alur cerita dari film yang istri saya tonton.

Well, raganya saja ada di depan tv, jiwanya mah udah setengah menuju alam mimpi, hehehe...

Kamis, 04 September 2014

CERITA PENDEK 3

BONEKA PUDEL 2 VERSI

Versi 1
Aku berusaha memejamkan mata. Kucoba menenangkan diri ini. Meski sulit, aku tak ingin mengingat-ingat kejadi tadi siang. Aku benar-benar tak sudi untuk menyimpan kejadian itu dalam ingatan bawah sadarku.
Rasanya hati ini berkecamuk. Antara terluka, marah, sedih dan malu. Entah ada rasa apalagi. Aku tak sanggup mengukur diriku sendiri. Aku benar-benar tak percaya. Maksudku, aku benar-benar tak menduga Yudha melakukan hal itu padaku.
Apa karena dia tidak menyadari keberadaanku tadi siang? Ataukah dia dengan sengaja melakukannya di depanku? Padahal, dia kan tahu akau akan datang. Dasar cowok brengsek!
Aku menarik napas agak panjang. Aku ingin meredakan segala amarah ini.  Sulit. Sulit sekali. Kepalaku masih mendidih.
“Dasar bajingan….” Tak sadar aku bergumam pada diriku sendiri.
Kaki-kakiku yang tiba-tiba terasa pegal kuluruskan di sofa empuk rumah. Aku diam. Tercenung dalam raungan detik jam dinding. Huh, ini aneh. Jam dinding yang hanya berdetak kini seakan mencekam sekali suaranya.
Rumah memang sedang sepi. Semua orang rumah sedang di luar. Aku sengaja pulang cepat dari kampus. Muak melihat lelaki yang biasa kusebut “sayang’” itu.
Sayang, sayang. Apanya yang sayang??! Batinku maish saja menggerutu.
Pfuh, entah harus apalagi yang bisa kukatakan. Semuanya terhenti di tenggorokanku. Ingin kutumpahkan semuanya, namun aku selalu teringat kebaikannya.
“Tapi dia tetap saja cowok brengsek!” kataku pada diri sendiri.
Dua suara berkelibat memenuhi rongga telingaku. Yang satu terus mengingatkanku pada kebaikan Yudha. Yang satu terus mencemooh makhluk tak berperasaan itu karena kejadian tadi siang.
Ups, mataku malah terbuka.
Kupejamkan kembali. Aku ingin tidur saja. aku ingin tidur saja dan melupakan semuanya. Aku ingin pergi ke alam mimpi dan terbangun dengan suara Mama saja yang terdengar di telinga ini.
Napasku mulai teratur.
Pikiranku kembali melayang ke kampus tadi siang.