
Kalau sedang kondisi begini saya jadi malu sendiri. Walhasil ujung-ujungnya jadi underestimate diri sendiri. Kehilangan kepercayaan diri sekaligus kemauan untuk bervisi.
Semuanya serasa berhenti di satu titik yang entah saya juga tak tahu ada dimana dan hendak kemana. Yang terlihat hanyalah kelebatan orang-orang yang lewat di depan mata. Mereka terus bergerak. Berpacu dengan waktu. mengejar sesuatu. Apapun itu.
Sementara di sudut sini, saya hanya menatap mereka, setengah kosong. Sedikit berhalusinasi, mungkin.
Yang jelas, saya kecewa. bukan pada orang lain. lebih kepada ketidakmampuan diri ini untuk berbuat yang "lebih" untuk diri, keluarga atau bahkan masyarakat sekitar. Useless, saya sering mengistilahkannya pada istri.
Tapi lagi-lagi istri saya selalu menahan kejatuhan saya dengan terus mendukung penuh dan men-support tak kenal lelah. Memberi pengertian di saat orang lain tak mengerti. memberi pemahaman di saat yang lain tak memahami. Bahkan, terkadang, memberi "ancaman penuh cinta" di saat yang lain melakukan pembiaran.
Hehe... Lucu..
Tidak ada komentar:
Posting Komentar